Rabu, 25 Februari 2015

BERSYUKUR SETIAP SAAT



BERSYUKUR SETIAP SAAT
NAMA                  : AULIA DIAH MEIRENI
NO. PESERTA     : 13101342
Dari begitu bangun pagi di kamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima kali sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima kasih dan bersyukur di dalam? Berapa kali yang saya ucapkan dengan lantang bersuara dengan orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, kareana tidak saya hitung.
Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannya mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatgu. Dengan mencari sisi poositif, maka diri kita menjadi semakin piositif dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih berdsih.
                Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakianan (believe) bahwa memnag benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka, semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan iini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses.  Lantas, sampai kapan perlu mengucapkan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanjang hayat.
Ah, tidak praktis, mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagui bahweqa ini tidak mengajarakan untuk suskses dalam semalam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir) maka segala faktor eksternal yang seringf menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai.
Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan pikirkan “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharap nasib akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucap terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.
“TERIMA KASIH” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lembbut dari pada sebelumnya. Inisaja sudah merupakan magnit yang bisa membantu kita semua dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-an dan ke-engganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi sukses itu sendiri. Aammiiin ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar