BERSYUKUR SETIAP SAAT
NAMA : AULIA DIAH MEIRENI
NO. PESERTA : 13101342
Dari begitu bangun pagi di kamar lantai atas sampai turun ke lantai
bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin
sudah lima kali sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima
kasih dan bersyukur di dalam? Berapa kali yang saya ucapkan dengan lantang
bersuara dengan orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih,
kareana tidak saya hitung.
Tidak praktis
kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan
satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannya mudah saja: dengan berterima kasih
dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatgu. Dengan mencari
sisi poositif, maka diri kita menjadi semakin piositif dalam melihat segala
sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di
dalam putih berdsih.
Dengan selalu mengingat kelimpahan
kita, otak kita mencetak keyakianan (believe) bahwa memnag benar kita hidup
dalam kelimpahan. Maka, semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan iini, termasuk
persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan
perlu mengucapkan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut?
Sepanjang hayat.
Ah, tidak praktis, mungkin ada yang
berpendapat demikian. Sekali lagui bahweqa ini tidak mengajarakan untuk suskses
dalam semalam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir) maka segala
faktor eksternal yang seringf menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya
bagaikan arus sungai.
Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal
uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk
mengubah diri. Jangan pikirkan “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini
dulu. Jangan pula mengharap nasib akan berubah dalam sekejap. Yang jelas,
dengan mengucap terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan
rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.
“TERIMA KASIH” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah
biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lembbut dari pada
sebelumnya. Inisaja sudah merupakan magnit yang bisa membantu kita semua dalam
memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-an dan
ke-engganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar
biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi
sukses itu sendiri. Aammiiin ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar